Jan 13, 2012

"Kalau Belum Siap, IPO BUMN Jangan Dipaksakan"

Oleh: Misbahol Munir - Okezone, Jum'at, 13 Januari 2012 07:18 wib
Ilustrasi. Foto: Corbis
(Foto: Ilustrasi Foto: Corbis)
JAKARTA - Pemerintah dinilai tak perlu memaksakan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) sejumlah BUMN tahun ini jika memang belum siap.

Pemerintah harus belajar dari IPO PT Krakatau Steel Tbk dan PT Garuda Indonesia Tbk yang dinilai tidak transparan dan akuntabel. Baik saat penetapan harga maupun penjatahan saham.

"Ini guna mencegah terulangnya kasus IPO dua BUMN yang menimbulkan tanda tanya itu. Maka, sebelum melakukan IPO BUMN lagi, dua kasus tersebut harus lebih dulu diselesaikan secara tuntas dan transparan," tegas Wakil Ketua Komisi VI DPR RI yang membidangi BUMN, Perdagangan, dan Perindustrian, Aria Bima, dalam siaran persnya kepada okezone, Jumat (13/1/2012).

Seperti diketahui, lima BUMN direncanakan untuk menggelar IPO, yakni PT Semen Baturaja, PT Pegadaian, PT Geothermal Energy, PT Pertamina Drilling Services Indonesia, dan Garuda Maintenance Facility.

Menteri BUMN Dahlan Iskan sempat menyatakan, jajarannya akan memenuhi instruksi presiden untuk mendorong IPO lima BUMN tahun 2012 ini.

Seperti diketahui, IPO PT Garuda Indonesia menimbulkan kekecewaan masyarakat, karena harga jual yang dinilai terlalu tinggi sehingga menimbulkan kerugian investor.

Bahkan pemerintah saat ini harus melakukan IPO saham PT Garuda Indonesia yang tidak laku dijual dan masih dikuasai tiga penjamin IPO maskapai penerbangan milik pemerintah itu.

Sementara IPO PT Krakatau Steel dianggap terlalu murah, sehingga dipandang menimbulkan kerugian negara. Bahkan IPO BUMN industri baja ini ditengarai bersifat kolutif. Akibatnya, sejumlah pihak, seperti anggota DPR, pengamat pasar modal, dan Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, telah meminta BPK dan KPK agar menginvestigasi proses IPO PT Krakatau Steel.

Konversi BBM ke Gas Kebijakan Tambal Sulam

Oleh: Misbahol Munir - Okezone


Ilustrasi. Foto: Heru Haryono/okezone
(Ilustrasi Foto: Heru Haryono/okezone)
JAKARTA - Kebijakan konversi BBM ke gas untuk kendaraan bermotor dinilai tidak tepat jika dilaksanakan sekarang ini. Konversi BBM ke gas merupakan kebijakan tambal sulam, tanpa persiapan yang memadai.

"Kebijakan konversi BBM ke gas saat ini terkesan tergesa-gesa, tanpa persiapan matang. Ini hanya akan menyelesaikan masalah dengan membuat masalah baru," ucap Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima, di Jakarta, Selasa (10/1/2012).

Menurut Aria Bima, ada beberapa alasan mengapa ia menyampaikan penilaian itu. Pertama, masyarakat harus membeli alat konversi BBM ke gas (converter kit) yang mahal dan masih harus diimpor. Diperkirakan, harga converter kit ini nyaris Rp 15 juta per buah.

Kedua, stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) masih sangat jarang. Dari seluruh Indonesia baru ada 16 SPBG. Itu pun semua ada di Jakarta dan hanya delapan yang masih bisa beroperasi.

"Jangankan konversi ke gas, jika mobil pribadi diharuskan pindah ke pertamax sekarang saja sudah bermasalah. Ini karena belum semua daerah memiliki stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang melayani pertamax," kata Aria Bima.

Komisi VI DPR Segera Gelar RDP soal Mobil Nasional






Mobil Esemka yang memancing perhatian luas masyarakat Indonesia (Foto: Istimewa)
Metrotvnews.com - Komisi VI DPR yang membidangi perindustrian, perdagangan, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) segera menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan pemangku kepentingan (stake-holder) terkait masalah mobil nasional (mobnas).

"Dalam kesempatan pertama, komisi kami mengagendakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan seluruh stake-holder yang terkait dengan program mobil nasional (Mobnas), khususnya menyangkut produk Esemka," kata Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima, Ahad (8/1).

Ia menambahkan, RDP itu diadakan untuk mendukung percepatan realisasi program Mobnas sekaligus menindaklanjuti fenomena mobil Esemka yang menyedot perhatian publik sekarang ini. "Fenomena heboh mobil Esemka menunjukkan besarnya kerinduan rakyat akan pentingnya mobil nasional sebagai salah satu kebanggaan nasional ('national-pride')," kata Aria Bima.

RDP Komisi VI DPR, menurutnya, antara lain akan memanggil Deputi Bidang Industri Strategis dan Manufaktur Kementerian BUMN, dan Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian.

Selain itu, lanjutnya, diundang pula pelaku industri otomotif nasional, PT Industri Kereta Api (INKA), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Gubernur Sulawesi Selatan Syahril Yasin Limpo, Wali Kota Solo Joko Widodo, dan akademisi.

Jan 6, 2012

Mobil Esemka Fenomena Luar Biasa

Mobil Esemka yang dipakai sebagai mobil dinas Walikota Solo Joko Widodo (Foto: http://oto.detik.com/readfoto/2012/01/04/141422/1806537/647/1/mengenal-model-mobil-esemka) .
SEMARANG, KOMPAS.com - Perbincangan tentang mobil Esemka yang dibuat dan dirakit siswa SMK Solo terus menjadi topik menarik. Anggota DPR, Aria Bima, menegaskan munculnya mobil Esemka harus bisa dijadikan momentum untuk memproduksi mobil nasional.  

"Fenomena mobil Esemka ini sangat luar biasa. Belum diproduksi secara massal saja sudah banyak di pesan," ujar Aria Bima, anggota Komisi VI DPR yang membidangi BUMN, perdagangan, dan perindustrian, dalam keterangan pers, Kamis (5/11/2012) malam.

Menurut Aria Bima, sudah saatnya Indonesia berdikari dalam memenuhi kebutuhan mobil dan motor dalam neegri. Melihat potensi pasarnya, industri mobil dan sepeda motor nasional patut dijadikan industri strategis.

"Terlebih lagi jika benar dalam beberapa hari saja mobil Esemka, bikinan kolaborasi siswa-siswa SMK Solo ini, telah mendapat pesanan hingga 10.000unit," paparnya.

Persoalan mobil nasional tersebut kini tergantung kemauan politik pemerintah. Sebab selama ini sejumlah BUMN telah sanggup memproduksi alat transportasi yang lebih canggih.
Misalnya PT Pindad membuat barakuda dan panser. PT Inka membuat lokomotif dan gerbong kereta api. PT Dirgantara Indonesia (DI) memproduksi helikopter dan pesawat terbang.  

"Masalahnya, tinggal mau membuat industri mobil nasional atau tidak. Dari segi potensi pasar, industri mobil lebih menjanjikan daripada pesawat. Toh pesawat produksi PT DI harus ditukar beras ketan Thailand, agar laku dijual. Sementara Esemka sudah inden ribuan ketika belum diproduksi massal," ujarnya.

Jan 2, 2012

Aria Bima: PLN Harus Beri Diskriminasi Positif untuk Publik

Jalanan kota Solo gelap gulita (Foto: solorayaonline.com)
SOLO-Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima meminta agar Pemerintah Kota Surakarta dengan Perusahaan Listrik Negara melakukan komunikasi intensif dalam masalah pembayaran rekening penerangan jalan umum. Hal itu harus dilakukan untuk mencegah terulangnya kejadian pemadaman listrik penerangan jalan.

Hal tersebut diutarakan oleh Aria Bima usai bertemu dengan pimpinan PLN Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta, Senin (02/01). “Kami mencoba melakukan kroscek penyebab pemadaman yang dilakukan beberapa hari lalu,” kata politisi asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut.